Home

Mengenai Saya

Penyakit pada anak sebenarnya dapat diatasi jika gejalanya diketahui. sering orang tua panik pada saat anaknya sakit dikarenakan ketidaktahuan atas gejala penyakit yang diderita anaknya. untuk itu melalui blog ini yang beberapa artikelnya saya kutip dari website lain, mari sesama orang tua berbagi informasi tentang penyakit pada anak, pengobatan dan penanggulangannya

buku tentang anak


Masukkan Code ini K1-YD43Y4-D
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Tips dan info Ibu Hamil

Minggu, 30 September 2007

Jangan Mudah Berkata "Jangan" pada Balita

dikutip dari : http://www.sahabatnestle.co.id/homev2/main/dunia-dancow/tksk_balita.asp?id=1494


Usia balita, terutama periode umur 2 sampai 5 atau 6 tahun adalah masa eksplorasi. Pada masa jelajah ini rasa ingin tahu anak sangat besar dan lebih aktif dari sebelumnya. Menurut Erik Erikson, ini adalah masa penting membangun sikap kemandirian untuk mengekspresikan pikiran dan tindakan (autonomy) anak, serta membangun sikap penuh inisiatif dan kreatifnya. Semuanya ini adalah pondasi penting untuk memupuk rasa percaya diri anak.

Sayangnya, banyak orangtua yang tidak tahu bagaimana menghadapi perangai alami anak-anak usia tersebut. Keinginan untuk mencoba hal-hal yang baru, kelincahan anak yang luar biasa yang sering merepotkan orangtuanya, sering dianggap sebagai suatu kenakalan. Misalnya, seorang anak usia 3 tahun yang begitu gembira mendapatkan ilmu baru bahwa ketika gelas dilempar akan jatuh ke bawah dan pecah, tetapi orangtuanya justru memarahinya. Atau, seorang anak yang membongkar mainannya karena ingin tahu bagaimana bagian benda-benda bisa tersusun menjadi sebuah rangkaian mainan akan membuat orangtuanya marah.

Akibatnya, kata-kata “jangan”, “tidak boleh”, dan ancaman sering dilontarkan oleh para orangtua. Bahkan, banyak anak yang sudah mendapatkan makian dan pukulan. Cara yang salah dalam mendisiplinkan anak seperti ini akan membunuh rasa percaya diri anak karena anak akan takut mengembangkan dan mengekspresikan pikiran dan pendapatnya (shame/doubt). Rasa percaya diri anak akan tereduksi bila anak mengalami ketakutan besar untuk bertindak dan mengambil risiko (guilt), sehingga akan menjadi pribadi minder, apatis, bahkan agresif.

Pengalaman negatif yang dialami semasa kanak-kanak akan direkam otak dan terbawa sampai dewasa, karena 90% perkembangan otak terjadi pada usia di bawah 7 tahun. Jadi, apabila ingin anak mempunyai rasa percaya diri untuk dapat menjelajahi kehidupannya kelak ketika dewasa, berikan sebanyaknya pengalaman positif, yaitu dengan menggantikan kata-kata “jangan” atau “tidak boleh”, dengan kata-kata yang dapat membangun rasa percaya dirinya. Berikut ini beberapa alternatif untuk mengganti kata “jangan”:

  • Ubahlah kata-kata Anda. Anak akan memberikan respon yang lebih baik bila kita menggunakan kata-kata positif. Daripada berteriak, “Awas, jangan main bola di ruang tamu!”, kita dapat berkata, “Ayo main bola di halaman, karena kalau di dalam ruangan bisa kena kaca jendela, nanti bisa pecah.” Atau, “Tidak boleh mencoret-coret meja!”, kita dapat memberikan kertas, “Kalau menggambar bisa di atas kertas, karena meja bisa kotor dan sulit untuk membersihkannya.” Apabila anak dalam keadaan bahaya sehingga memerlukan reaksi cepat, kita dapat menggantikan kata-kata spontan “Stop, ada mobil!”, “Panas sekali” “Bahaya.”
  • Berikan pilihan. Pada periode ini anak ingin mengekspresikan keinginannya atau ingin memegang kendali. Misalnya, anak ingin memilih baju yang tidak tepat dengan situasi (memakai baju olahraga untuk pergi ke pesta), orangtua bisa memberikan tiga pilihan baju yang tepat, dan biarkan anak memilihnya.

    Apabila anak ingin makan permen sebelum waktu makan malam, orangtua bisa memberikan pilihan, “Mau permen cokelat setelah makan malam, atau permen rasa jeruk setelah makan malam?”

    Apabila anak sedang asyik bermain dan Anda ingin menyuruhnya mandi, berikan pilihan “Nak…mau mandi 5 menit atau 10 menit lagi?”

    Dengan cara ini anak merasa dihargai pendapatnya dan merasa mampu untuk mengambil keputusan dan memegang kendali, walaupun sebetulnya ia sedang mematuhi perintah orangtuanya.

  • Siapkan lingkungan agar terhindar dari kata-kata “jangan”. Orangtua yang mempunyai anak balita harus menyiapkan lingkungan yang aman bagi anak, sehingga kata-kata “jangan” tidak akan terlontar. Misalnya, pindahkan benda-benda yang berbahaya bagi anak dan berikan lingkungan yang membuat anak bebas bereksplorasi secara aman.
  • Jangan pedulikan hal-hal yang kecil. Biarkan anak bereksplorasi dan mencoba apa saja. Sejauh hal tersebut tak membahayakan dan dapat membuat anak gembira dan penuh semangat, sebaiknya jangan dilarang. Misalnya, mereka ingin bermain pasir atau tanah, jangan takut kotor, karena mereka bisa mandi dan ganti baju. Atau, biarkan anak ingin tidur dengan baju barunya untuk ke pesta, karena sedang gembira mendapatkan baju baru.
  • Ubahlah persepsi Anda terhadap kelakuan anak. Kelakuan mereka yang terkadang membuat orangtua kesal (misalnya melempar gelas, merusak mainan) sebagai tindakan kreatif karena sedang mencoba sesuatu. Anda bisa menerangkan pada mereka bahwa gelas yang pecah itu harganya mahal, kasihan Papa yang bekerja keras untuk mencari uang. Atau, belilah mainan yang tak terlalu mahal, dan siapkan diri Anda bahwa mainan tersebut akan dibongkar oleh anak. Semakin besar anak, semakin mengerti ia untuk tidak merusak mainannya.
  • Berkata “jangan” secara tepat. Tentu saja kata “jangan” masih perlu dipakai apabila memang menyangkut perilaku anak yang serius. Apabila memang diperlukan katakan dengan tegas, tapi tak dengan bentakan. Misalnya, “Tidak boleh menarik ekor kucing, kasihan kucingnya kesakitan.” Berikan pujian apabila ia merespon larangan Anda, misalnya dengan senyum atau pelukan, “Mama senang, ternyata kamu mau mendengarkan Mama.”

0 komentar:

tips dan info balita

Bagi-bagi Blog Ini

Health Blogs - BlogCatalog Blog Directory

Pengikut